Meskipun ketegangan geopolitik dan sentimen anti-Tiongkok meningkat, Peneliti kelahiran Tiongkok terus menjadi kekuatan dominan yang mendorong inovasi kecerdasan buatan di Amerika Serikat. Kenyataan ini bertentangan dengan narasi Tiongkok sebagai pesaing utama dalam perlombaan AI, sehingga menunjukkan ketergantungan yang sangat besar pada industri teknologi Amerika.
Paradoks Perkembangan AI Amerika
Data terbaru, termasuk ulasan tim Superintelligence Lab Meta, menyoroti ketergantungan ini. Sebelas peneliti AI baru-baru ini dipekerjakan oleh Meta, tujuh di antaranya lahir di Tiongkok. Ini bukan kasus yang terisolasi. Dua penelitian baru mengonfirmasi bahwa para peneliti asal Tiongkok secara konsisten memainkan peran penting di laboratorium AI AS selama bertahun-tahun, bahkan di tengah meningkatnya pembatasan imigrasi dan meningkatnya permusuhan terhadap Tiongkok di Silicon Valley.
Paradoks ini muncul dari fakta bahwa Tiongkok menghasilkan banyak sekali talenta AI terbaik di dunia. Sebuah studi pada tahun 2020 yang dilakukan oleh Paulson Institute memperkirakan bahwa peneliti Tiongkok mencakup hampir sepertiga dari elit AI global, dan mayoritas bekerja di perusahaan dan universitas Amerika.
Mengapa Ini Penting
Ketergantungan AS pada talenta Tiongkok di bidang AI merupakan kerentanan strategis. Ketika para pengambil kebijakan memperdebatkan pembatasan transfer teknologi dan imigrasi, memutus akses terhadap sumber daya manusia berbakat ini akan menghambat kemajuan AI Amerika secara signifikan. Situasi ini juga memperumit narasi tentang hubungan permusuhan antara kedua negara. Meskipun terjadi perselisihan politik, kolaborasi penelitian terus berlanjut, yang menunjukkan bahwa kedua negara mengakui manfaat bersama dari inovasi bersama.
Ketergantungan ini juga menimbulkan pertanyaan mengenai keberlanjutan jangka panjang. Jika Tiongkok semakin memperkuat ekosistem AI dalam negerinya, akankah para peneliti berbakat terus memilih untuk bekerja di Amerika Serikat? Tren yang ada saat ini menunjukkan bahwa hal tersebut masih terjadi, namun hal tersebut dapat berubah seiring dengan meningkatnya ketegangan geopolitik.
Nuansa Kolaborasi
Meskipun ada retorika panas dari Washington dan Beijing, para peneliti di kedua negara tetap mempertahankan hubungan. Kolaborasi ini sangat penting karena pengembangan AI adalah upaya global. Tidak ada satu negara pun yang memonopoli keahlian, sumber daya, atau data yang dibutuhkan untuk mencapai terobosan.
Ketergantungan pada talenta Tiongkok bukan hanya soal keterampilan teknis; hal ini juga mencerminkan sifat global dari kemajuan ilmu pengetahuan. Para peneliti dari berbagai latar belakang membawa beragam perspektif dan pendekatan yang mempercepat inovasi.
Kesimpulannya, meski ketegangan politik meningkat, lanskap AI Amerika masih sangat terkait dengan talenta Tiongkok, sehingga menciptakan realitas kompleks yang tidak bisa dipungkiri dengan narasi sederhana tentang persaingan dan persaingan. Ketergantungan ini menggarisbawahi perlunya pendekatan yang lebih bernuansa terhadap kebijakan AI, yang mengakui tantangan dan manfaat kolaborasi internasional.




























